Laporan magang ini sebenarnya udah lama banget dibuatnya...
Tapi tak apalah dipostingnya sekarang..siapa tahu bermanfaat...
:)
LAPORAN MAGANG
PROGRAM GEBRAKAN BRANTAS ISPA SEBAGAI UPAYA
MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN ISPA PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUHWARU
TAHUN 2010
Laporan
ini diajukan sebagai
salah
satu syarat untuk menyelesaikan
tugas
mata kuliah magang
Oleh
Yusi
Oktavisaktiani
NIM. 6450407077
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sehat merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang
sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia, disamping pendidikan dan
pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya. Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada
mengobati penyakit (Anonim, 2002: 3). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (Juli Soemirat Slamet, 2004: 4). Secara
epidemiologis dapat dikatakan bahwa yang mencakup sebagai “masalah kesehatan”
bukan soal kematian, penyakit, kecacatan, dan ketidakmampuan (disability)
saja. Tetapi juga faktor-faktor serta latar belakang yang menyebabkan
terjadinya dan penyebarannya masalah-masalah tersebut (Budioro, 1997).
Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya mengacu pada visi
Indonesia sehat 2010, yaitu gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Kondisi masyarakat yang baik merupakan salah satu parameter
keberhasilan program pembangunan nasional (Depkes, 2002: 1).
Hendrik L. Blum
menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Status kesehatan akan tercapai
secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai
kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang
terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah
optimal (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:147).
Puskesmas
adalah suatu persatuan kesehatan fungsional yang menjadi pusat pengembangan
kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas meliputi upaya
preventif (pencegahan kesehatan), promotif (peningkatan kesehatan), kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Puskesmas
Dukuhwaru merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Tegal yang wilayah
kerjanya berada meliputi seluruh Kecamatan Dukuhwaru. Puskesmas Dukuhwaru
melakukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang berada dalam wilayah kerjanya. Salah satu caranya yaitu dengan membentuk struktur organisasi yang terdiri dari beberapa
bidang yang salah satunya adalah bidang
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P).
Tugas
dari seksi bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah menyelenggarakan
penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit
menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Hingga saat ini ISPA masih merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%. WHO memperkirakan
kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah bila tidak
diberi pengobatan. Kematian balita karena pneumonia secara nasional diperkirakan
6 per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita pertahun (Edi Rosdy,
2005: 6).
ISPA
hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Tegal khususnya di
wilayah Kecamatan Dukuhwaru karena masih tingginya angka kesakitan ISPA. Data
profil kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2006 menunjukkan jumlah penderita
sebesar 4.029 atau 25,93% dari perkiraan kasus ISPA balita (Dinkes Kab. Tegal,
2007). Sedangkan data profil kesehatan Puskesmas Dukuhwaru tahun 2009 menunjukkan
jumlah penderita ISPA sebanyak 722 orang dan semuanya adalah balita (Profil
Puskesmas Dukuhwaru, 2009). Hingga bulan Juli tahun 2010 tercatat sebanyak 1250
balita menderita ISPA. Sedangkan untuk bulan Agustus tahun 2010 tercatat 18
kasus ISPA pada balita, dimana kasus terbanyak ada di Desa Dukuhwaru, yaitu
sebanyak 7 kasus dan semuanya adalah penderita yang melakukan kunjungan berobat
ke Puskesmas Dukuhwaru.
Upaya
untuk menurunkan angka kesakitan ISPA yang telah dilakukan oleh tenaga
kesehatan Puskesmas Dukuhwaru hanya melalui program manajemen terpadu balita
sehat (MTBS). Masih kurangnya upaya-upaya dalam menangani ISPA pada balita ini
mengakibatkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru tetap
tinggi sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dan terobosan nyata yang harus
dilakukan, salah satu tindakan yang perlu dilakukan adalah melalui pembuatan
instruksi dari pihak Puskesmas Dukuhwaru yang kemudian disosialisasikan kepada
masyarakat. Instruksi tersebut berisi tentang cara-cara pencegahan ISPA yang
dapat dilakukan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Dukuhwaru.
Berkaitan
dengan hal tersebut di atas, maka dalam laporan ini akan dikaji tentang “Program
Gebrakan Brantas ISPA sebagai Upaya Menurunkan Angka Kesakitan ISPA pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2010”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor
penyebab tingginya angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Dukuhwaru.
2.
Mahasiswa dapat mencari alternatif pemecahan
masalah, langkah-langkah pemecahan masalah, dan prioritas pemecahan masalah
pada kasus tingginya angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Dukuhwaru.
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi
permasalahan yang ada di tempat magang dan dapat memberikan kontribusinya
dengan memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah yang ada.
2. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
telah diperoleh kepada instansi tempat magang dan memperoleh gambaran tentang
kondisi dunia kerja khususnya di bidang kesehatan.
1.4.2
Bagi Puskesmas Dukuhwaru
1. Sebagai
bahan masukan bagi Puskesmas Dukuhwaru dalam pembuatan rencana program dan
pemantauan wilayah setempat untuk memantau kegiatan di lapangan.
2. Membina
dan meningkatkan kerjasama yang baik dalam meningkatkan kualitas mahasiswa yang bermutu dan
kredibel.
1.4.3
Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Terbinanya
jaringan kerjasama dengan instansi tempat magang yaitu Puskesmas Dukuhwaru
dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.
BAB
II
ANALISIS SITUASI
2.1 Analisis Situasi Umum
2.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Dukuhwaru
2.1.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Dukuhwaru adalah salah satu
kecamatan
di Kabupaten Tegal yang terletak ± 6 km di sebelah barat Slawi, dengan pusat
pemerintahan di Dukuhwaru. Batas-batas wilayah Kecamatan Dukuhwaru adalah :
1.
Sebelah Utara = Kecamatan Adiwerna
2.
Sebelah Timur = Kecamatan Slawi
3.
Sebelah Selatan = Kecamatan Lebaksiu
4.
Sebelah Barat = Kabupaten Brebes
Secara topografis,
Kecamatan Dukuhwaru tergolong ke dalam wilayah dataran rendah. Kecamatan
Dukuhwaru mempunyai 10 desa yang ada dalam wilayahnya, yaitu:
1.
Slarang Lor
2.
Selapura
3.
Blubuk
4.
Gumayun
5.
Kabunan
6.
Pedagangan
7.
Kalisoka
8.
Sindang
9.
Dukuhwaru
10. Bulakpacing
2.1.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di
Kecamatan Dukuhwaru pada tahun 2009 sebanyak 63.270 jiwa terdiri dari 31.542
jiwa laki-laki dan 31.728 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di Kecamatan
Dukuhwaru adalah sebesar 2.406 jiwa/km2. Dari 10 desa yang ada, Desa
Pedagangan merupakan desa dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar
3.750 jiwa/km2. Desa dengan jumlah penduduk paling banyak ada pada Desa Blubuk sejumlah 11.176 jiwa
dan yang paling sedikit penduduknya di Desa Selapura berjumlah 3.669 jiwa.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan
Dukuhwaru Menurut Jenis Kelamin dari Masing-Masing Desa (Hingga Bulan Agustus
Tahun 2010)
No
|
Nama Desa
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1.
|
Slaranglor
|
3.020
|
3.110
|
6.130
|
2.
|
Selapura
|
1.663
|
1.786
|
3.449
|
3.
|
Blubuk
|
5.371
|
5.504
|
10.875
|
4.
|
Gumayun
|
3.094
|
4.441
|
7.535
|
5.
|
Kabunan
|
2.961
|
3.065
|
6.026
|
6.
|
Pedagangan
|
3.208
|
2.971
|
6.179
|
7.
|
Kalisoka
|
2.903
|
3.277
|
6.180
|
8.
|
Sindang
|
1.957
|
2.743
|
4.700
|
9.
|
Dukuhwaru
|
4.414
|
2.017
|
6.431
|
10.
|
Bulakpacing
|
2.792
|
2.684
|
5.476
|
Jumlah
|
31.383
|
31.598
|
62.981
|
Sumber: Data Survei Penduduk Masing-Masing Desa
2.1.1.3 Keadaan Pendidikan
Pendidikan
merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan
pendidikan akan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Pendidikan juga meupakan salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berdasarkan data BPS Kecamatan Dukuhwaru tahun 2009, jumlah penduduk wajib belajar
9 tahun sebesar 6.352 jiwa. Sedangkan penduduk yang putus sekolah sebesar 11
orang dan penduduk buta huruf sebesar 1.116 jiwa.
2.1.2 Kondisi Umum Puskesmas Dukuhwaru
2.1.2.1 Struktur Organisasi
Susunan organisasi Puskesmas Dukuhwaru sebagai berikut:
1. Kepala
Puskesmas
2. Unit Tata
Usaha
3. Bidang
Promosi Kesehatan
4. Bidang
Kesehatan Lingkungan
5. Bidang Kesehatan
Ibu dan Anak
6. Bidang
Keluarga Berencana
7. Bidang Imunisasi
8. Bidang
Gizi
9. Bidang
P2M
10. Bidang Gigi
11. Jaringan pelayanan yang terdiri dari puskesmas
pembantu (PUSTU), puskesmas keliling, dan bidan di desa.
2.1.2.2 Tugas dan Fungsi
Tugas pokok dari Puskesmas Dukuhwaru adalah melaksanakan sebagian
tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal di bidang pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, kesehatan keluarga dan gizi,
serta promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan.
Sedangkan fungsi dari Puskesmas Dukuhwaru adalah sebagai
berikut:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan.
a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan
dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang
berwawasan kesehatan.
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat :
a. Memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan
c.
Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang terbagi
dalam 2 bidang yaitu:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
b. Pelayanan kesehatan masyarakat.
2.1.2.3 Visi dan Misi
Visi
yang ditetapkan oleh Puskesmas Dukuhwaru dalam rangka pelaksanaan pembangunan
kesehatan adalah “Terwujudnya Kecamatan Dukuhwaru sehat 2010 menuju Indonesia
sehat 2010”. Hakikat masyarakat kecamatan yang sehat adalah masyarakat yang
ditandai oleh penduduk hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Misi
Puskesmas Dukuhwaru sebagai
pencerminan peran, fungsi dan kewenangan yaitu
menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah Kecamatan Dukuhwaru, mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah Kecamatan
Dukuhwaru, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara dan meningkatkan
kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
2.1.2.4 Azas
Azas yang dianut oleh Puskesmas
Dukuhwaru adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Dukuhwaru. Dilakukan kegiatan dalam
gedung dan luar gedung. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, dan
puskesmas keliling.
2.
Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas.
Potensi masyarakat perlu dihimpun melalui upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM).
3.
Azas keterpaduan
· Lintas
program
· Lintas
sektoral
4.
Azas rujukan
· Rujukan
medis, yang meliputi rujukan kasus, bahan pemeriksaan, dan ilmu pengetahuan.
· Rujukan
kesehatan masyarakat, yang meliputi rujukan sarana dan logistik, rujukan
tenaga, serta rujukan operasional.
2.1.2.5 Tujuan
Tujuan dari Puskesmas Dukuhwaru
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
2.1.2.6 Strategi
Strategi yang dilakukan oleh
Puskesmas Dukuhwaru mengacu pada strategi Indonesia Sehat 2010, yaitu:
1.
Paradigma Sehat
2.
Profesionalisme
3.
Desentralisasi
4.
JPKM
2.1.2.7 Program dan Kegiatan
Program kesehatan yang ada di
Puskesmas Dukuhwaru antara lain:
A. Program
Kesehatan Wajib Puskesmas
1. Program
Promosi Kesehatan
Bidang promosi kesehatan di
Puskesmas Dukuhwaru terbagi menjadi beberapa seksi yang salah satunya adalah
seksi pemberdayaan masyarakat. Program dari seksi pemberdayaan masyarakat
antara lain:
a. Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang meliputi Posyandu, Upaya
Kesehatan Kerja (UKK), Pos obat desa, Poskestren, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
dan Pos Kesehatan Desa (PKD)/ Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
b. Desa
Siaga.
c. Promosi
kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Program
Penyehatan Lingkungan
Kegiatan yang
dilakukan dalam bidang penyehatan lingkungan di Puskesmas Dukuhwaru adalah:
a. Survei
dan pemantauan rumah dan lingkungan
b. Survei
sarana air bersih
c. Inspeksi
sanitasi tempat-tempat umum seperti masjid/ musholla, pasar, terminal, salon
kecantikan, dan lain-lain.
d. Inspeksi
sanitasi TPPM seperti warung makan dan industri rumah tangga.
e. Inspeksi
sanitasi TP3 seperti industri pestisida.
f. Klinik
sanitasi dan melakukan kunjungan lapangan dari data pasien.
3. Program
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Kegiatan yang dilakukan dalam
bidang kesehatan ibu dan anak adalah:
A. Kegiatan
Bulanan
Kegiatan
bulanan yang dilakukan meliputi kegiatan di dalam gedung dan kegiatan di luar
gedung.
a. Kegiatan
di dalam gedung
Kegiatan yang dilakukan di dalam gedung adalah:
· Pemeriksaan
ibu hamil yang setiap hari dilakukan
· Pemeriksaan
ibu nifas
· Pemeriksaan
ibu menyusui
· Pemeriksaan
KB
· Pemeriksaan
bayi
· Pemeriksaan
anak
· Pemeriksaan
anak pra sekolah
· Pembinaan
dukun bayi yang dilakukan dua minggu sekali
b. Kegiatan
di luar gedung
Kegiatan yang dilakukan di luar gedung adalah:
· Posyandu
balita
· Posyandu
lansia
· PUSTU
· PKD
· Supervisi
bidan desa
B. Pembinaan-pembinaan
Pembinaan-pembinaan
yang dilakukan antara lain:
a. Pembinaan
bidan penanggung jawab desa
b. Catatan
pelaporan
c. Laporan
hasil kegiatan
d. Pembuatan
grafik PWS KIA
e. Analisa
PWS KIA
4. Program
Imunisasi
Kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan program imunisasi di Puskesmas Dukuhwaru adalah:
a. Supervisi
bidan desa
b. Evaluasi
cakupan Tri Bulan I
c. Evaluasi
cakupan Tri Bulan II
d. BIAS
campak
e. Evaluasi
hasil BIAS campak
f. Laporan
hasil BIAS campak
g. Evaluasi
cakupan Tri Bulan III
h. Menyusun
RTL
i. BIAS
DT dan TT
j. Evaluasi
hasil BIAS DT dan TT
k. Laporan
hasil BIAS DT dan TT
l. Evaluasi
akhir
m. Laporan
akhir
5. Program
Perbaikan Gizi
Kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan program perbaikan gizi di Puskesmas Dukuhwaru adalah:
a. Pemberian tambahan
makanan dan vitamin
b. Penanggulangan
kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang iodium
(GAKI), kurang vitamin A, dan kekurangan gizi mikro lainnya.
c. Pemberdayaan
masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI).
6. Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit yang meliputi:
a. Pemberantasan
Penyakit Bersumber Binatang
· Pemberantasan
Penyakit Malaria
· Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue
· Pemberantasan
Penyakit Filariasis
b. Pemberantasan
Penyakit Menular Langsung
· Pemberantasan
Penyakit Tuberkulosis
· Pemberantasan
Penyakit Kusta
· Pemberantasan
Penyakit Diare
·
Pemberantasan
Penyakit ISPA
·
Pemberantasan
Penyakit Sexual dan HIV/AIDS
· Surveilans
Acute Flaccid Paralysis (AFP)
c. Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa
7. Program
Kesehatan Gigi dan Mulut
Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
a. Kegiatan di dalam gedung
Kegiatan yang dilakukan di dalam
gedung adalah melakukan pelayanan terhadap pasien yang berkunjung ke poli gigi,
khususnya yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
b. Kegiatan
di luar gedung
Kegiatan yang dilakukan di luar gedung
adalah mendirikan UKGS, UKGMD, dan melakukan promosi berkaitan dengan kesehatan
gigi dan mulut.
B.
Program Kesehatan Pengembangan Puskesmas
· Dilaksanakan
sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan Puskesmas.
· Bila
ada masalah kesehatan, tetapi puskesmas tidak mampu menangani, maka pelaksanaan
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.
· Upaya
Laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta Pencatatan.
· Pelaporan
merupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan.
2.1.2.8 Sumber Daya
Adapun sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas Dukuhwaru
sebagai berikut:
A. Ketenagaan
Data tenaga kesehatan dan non kesehatan di lingkungan Puskesmas
Dukuhwaru sebagai berikut:
Tabel
2.2 Data Ketenagaan Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2010
No.
|
Nama
|
Jabatan
|
1.
|
M. Zen Sutrisno, S.KM, M.M.
|
Kepala Puskesmas
|
2.
|
Dra. Sri Basundari
|
Ka. Subag TU
|
3.
|
drg. Hendrastuti Ernaningsih
|
Dokter gigi
|
4.
|
Madyani Soeroko, AM. Keb.
|
Bidan
|
5.
|
Apriyatin
|
Bidan
|
6.
|
Ida Rosidah, S.KM.
|
Perawat
|
7.
|
dr. Subchanuddin
|
Dokter
|
8.
|
Suyati
|
Petugas Laboratorium
|
9.
|
Windrayati
|
Koordinator Imunisasi
|
10.
|
Titin Winingsih
|
Bidan
|
11.
|
Wiyatin
|
Bidan
|
12.
|
Susdiyah, AM.Kep.
|
Perawat
|
13.
|
Wiharti
|
Bidan
|
14.
|
Hartuti
|
Staf Petugas SP3
|
15.
|
Sam’un, AM.Kep.
|
Perawat
|
16.
|
Nani Hardiyani, AM.Kep.
|
Perawat
|
17.
|
Soiman, S.ST.
|
Petugas Kesling
|
18.
|
M. Japar Suhandi
|
Pekarya Kesehatan
|
19.
|
Sumarto
|
Sopir
|
20.
|
Dina Putri
|
Bidan Desa
|
21.
|
Tri Hartati
|
Bidan
|
22.
|
Taproji
|
Petugas Loket
|
23.
|
Sri Indrawati
|
Bidan
|
24.
|
Mutmainah
|
Bidan
|
25.
|
Siti Ronjati
|
Staf
|
26.
|
Indah Rif’ayati
|
Bidan
|
27.
|
Unik Yeni P.
|
Bidan Desa
|
28.
|
Sadiman
|
Staf Petugas Kebersihan
|
29.
|
Fifi Handayani
|
Bidan Puskesmas
|
30.
|
Iin Indriani
|
Bidan Desa
|
31.
|
Nesi Yulia A.
|
Bidan Desa
|
32.
|
Mariah Ulfah
|
Bidan Desa
|
33.
|
Nur Hikmatul Saadah
|
Bidan Desa
|
34.
|
Eko Purwanto
|
Staf
|
35.
|
Ani Setiyowati
|
Bidan Desa
|
36.
|
Mahmudah Khurotul Aini
|
Petugas Promkes
|
37.
|
Mulyati
|
Bidan Desa
|
38.
|
Ulfiana Sator
|
Perawat
|
39.
|
Satoto
|
Petugas Gizi
|
40.
|
Ika Merda R.
|
Bidan Desa
|
41.
|
Imas Husnul Hotimah
|
Perawat
|
42.
|
Rohmah Purwitasari
|
Staf
|
43.
|
Indah Lestari
|
Bidan Desa
|
44.
|
Rustiyati
|
Bidan Desa
|
45.
|
Dewi Herawati
|
Bidan Desa
|
46.
|
Dwi Lintangsari
|
Bidan Desa
|
47.
|
Muyasaroh
|
Asisten Apoteker
|
48.
|
Primarosita
|
Perawat Gigi
|
49.
|
Moh. Domiri
|
Perawat
|
50.
|
Maslikha
|
Staf
|
Sumber:
Profil Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2009
B. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di lingkungan Puskesmas
Dukuhwaru sebagai berikut:
Tabel 2.3 Data Sarana dan
Prasarana di Lingkungan Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2009
No.
|
Sarana dan Prasarana
|
Jumlah
|
1.
|
Pustu
|
3
|
2.
|
PKD
|
3
|
3.
|
Mobil
Ambulance
|
1
|
4.
|
Lab.
Kesehatan
|
1
|
5.
|
Kendaraan
roda 2
|
4
|
6.
|
Komputer
|
4
|
7.
|
Printer
|
3
|
8.
|
Mesin
ketik
|
3
|
9.
|
OHP
|
1
|
10.
|
Wireless
|
1
|
11.
|
TV
|
1
|
Sumber: Profil Puskesmas Dukuhwaru
Tahun 2009
2.2 Analisis Situasi Khusus
2.2.1 Gambaran Umum Bidang Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit (P2P)
2.2.1.1 Kedudukan
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) adalah
bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Puskesmas
Dukuhwaru.
2.2.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Bidang P2P mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyelenggarakan program surveilans epidemiologi, penyelengaraan program
pencegahan penyakit dan program pemberantasan penyakit.
Adapun fungsi Bidang P2P sebagai berikut:
1. Perencanaan
kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang
bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan kemungkinan
terjadinya wabah.
2. Pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang
bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan kemungkinan
terjadinya wabah.
3. Pemantauan,
pembinaan dan pengendalian kegiatan pencegahan serta pemberantasan penyakit
menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk
penyelidikan terjadinya wabah.
4. Penilaian
kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang
bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan terjadinya wabah.
5.
Pemberian
petunjuk teknis operasional tentang cara-cara pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang
termasuk penyelidikan terjadinya wabah.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Puskesmas
sesuai dengan bidang tugasnya.
2.2.1.3 Kewenangan
Bidang P2P mempunyai kewenangan sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
2. Pencegahan
penyakit
3. Pemberantasan
penyakit bersumber binatang
4. Pencegahan
penyakit menular langsung.
2.2.1.4 Tujuan
1. Tujuan Umun
Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit menular dan
tidak menular.
2. Tujuan Khusus
a.
Menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat DBD
b.
Menurunkan
angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
c.
Tertanggulanginya
setiap KLB dengan cepat dan tepat
d. Mengantisipasi diare di Kecamatan Dukuhwaru.
2.2.1.5 Kebijakan dan Strategi
Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
antara lain:
1. Peningkatan
mutu pemerataan pelayanan kesehatan dengan menitik beratkan pada pelayanan
kesehatan dasar sebagai upaya terpadu yang diselengarakan Puskesmas serta
pelayanan kesehatan rujukan.
2. Mengingat penyebab utama rendahnya derajat kesehatan
yaitu penyakit menular, maka prioritas utama diberikan pada upaya penggulangan
penyakit menular.
3. Pencegahan
dan pemberantasan penyakit secara terpadu dilaksanakan melalui upaya kesehatan
masyarakat, upaya kesehatan rujukan serta upaya lain termasuk upaya dari
masyarakat yang dipersiapkan kemampuannya secara mantap dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
4. Peranan
dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit perlu
ditingkatkan yang meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit secara sederhana termasuk kebiasaan
hidup sehat.
b. Meningkatkan
pelaporan Kejadian Luar Biasa (KLB) dari masyarakat secara cepat.
c. Meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan
penanggulangan wabah.
Strategi pembangunan kesehatan antara lain:
1. Kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit diprioritaskan pada daerah endemis dengan
sosial ekonomi penduduk rendah.
2. Kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit diprioritaskan pada penyakit yang
menyebabkan angka kesakitan dan kematian tinggi.
3. Kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit dilaksanakan dengan melibatkan lintas
program dan lintas sektoral.
4. Pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit sesuai dengan program pokok yang
ada.
5. Pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat dan LSM.
BAB
III
IDENTIFIKASI
MASALAH
3.1 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan
data rekap penyakit yang diperoleh selama kegiatan magang khususnya di bidang
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Dukuhwaru, ditemukan permasalahan
yang dialami. Salah satunya adalah masih banyak kasus ISPA yang terjadi di
wilayah Kecamatan Dukuhwaru. Walaupun jumlah kasus ISPA di wilayah ini menurun,
tetapi jumlah penderitanya masih banyak dan semua penderitanya adalah balita.
Hingga saat ini, ISPA masih menduduki peringkat pertama dari 10 besar penyakit
dengan angka kesakitan tertinggi di wilayah Kecamatan Dukuhwaru.
Tabel
3.1 Jumlah Penderita ISPA di wilayah
kerja Puskesmas Dukuhwaru Selama Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli Tahun
2010
Bulan
|
|||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|
Jumlah Penderita (Balita)
|
1224
|
1456
|
2048
|
1620
|
1526
|
1359
|
1250
|
Sumber:
Data SP3 Puskesmas Dukuhwaru
|
Bidang
P2P merupakan bidang yang menangani tentang pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular maupun tidak menular, dalam hal ini salah satunya adalah
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Beberapa program telah
dilaksanakan guna mencegah dan menaggulangi penyakit ISPA, program-program
tersebut yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengadaan ARI TIMER guna
mencukupi alat bantu diagnostik penyakit ISPA di Puskesmas, dan sosialisasi
tentang penyakit ISPA kepada warga yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Dukuhwaru. Namun dari pelaksanaan tersebut masih kurang optimal. Hal
ini terbukti dengan adanya laporan kasus ISPA yang masuk tiap tahunnya
menggambarkan bahwa angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru
masih tinggi. Beberapa hal yang memungkinkan menjadi penyebab masih tingginya
angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru di antaranya adalah:
1) Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas
Dukuhwaru
Menurut Budioro B (2002: 134), dalam SKN disebutkan bahwa
salah satu dari 7 butir masalah yang diprioritaskan adalah ‘masalah sumber-daya
tenaga dan biaya kesehatan’. Masalah ketenagaan di bidang kesehatan perlu
ditinjau dari berbagai segi antara lain sebagai berikut:
i. Keberadaan
berbagai jenis tenaga kesehatan secara kuantitas dan kualitasnya
ii. Pengadaan
(‘produksi’) dan penyusutan serta perubahan statusnya
iii. Perencanaan,
distribusi atau penyebaran dan penempatannya di masyarakat atau wilayah Negara
iv. Daya-serap
dan pemanfaatannya oleh masyarakat pengguna.
Masalah
tenaga yang ada pada P2P Puskesmas Dukuhwaru, yaitu masalah tenaga berdasarkan
keberadaan berbagai jenis tenaga kesehatan secara kuantitas dan kualitasnya.
Kenyataan yang terjadi di bidang P2P, meskipun tugas untuk masing-masing
karyawan (staf) sudah dibagi, tetapi beban kerja yang diberikan masih cukup
berat. Hal ini terjadi karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dan
jumlah tenaga yang masih terbatas.
2) Proses Pencatatan dan Pelaporan Data
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat
efektif bila didukung oleh sistem surveilans yang efektif pula. Dalam
surveilans dilaksanakan proses pengumpulan data, analisis, interpretasi dan
penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan. Kecepatan
dan ketepatan informasi yang dihasilkan dalam sistem surveilans dapat menjamin
pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan cepat dan tepat,
sehingga diperlukan adanya proses pengolahan data secara efektif dan efisien.
Dalam melaksanakan kegiatannya, staf pada bidang P2P menemui
beberapa hal yang dapat menghambat kelancaran proses kerja, salah satunya dalam
proses pengolahan data. Proses pencatatan dan pelaporan data penyakit di bidang
ini sering terhambat disebabkan kurangnya sarana komputer, program komputer
yang bermasalah dan kurangnya tenaga untuk melaksanakan tugas tersebut,
sehingga dapat berakibat pada kurang tepatnya waktu penginformasian.
Dalam Sistem Ketahanan Nasional (SKN) Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk menggerakkan
pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna diperlukan
manajemen kesehatan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi
kesehatan yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan program informasi
kesehatan yang dibutuhkan yaitu mencakup seluruh data yang terkait dengan
kesehatan baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai
pembangunan lain. Ketepatan waktu merupakan salah satu aspek kualitatif yang
perlu dipertimbangkan dalam pengolahan dan analisis data surveilans.
3) Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran dari Masyarakat
Bidang
P2P merupakan salah satu bidang di Puskesmas yang berperan aktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dimana dalam
pelaksanaannya tidak lepas dari peran serta bidang-bidang lain yang ada di Puskesmas Dukuhwaru maupun peran
serta (partisipasi) dari masyarakat Kecamatan Dukuhwaru. Namun selama
pelaksanaan program yang telah dijalankan oleh Puskesmas Dukuhwaru khususnya
program penanggulangan ISPA, peran serta (partisipasi) masyarakat masih kurang.
Masih kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
3.2 Prioritas Masalah
Metode
yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah Metode Hanlon
Kuantitatif. Metode Hanlon Kuantitatif
merupakan salah satu cara untuk menetapkan urutan pioritas masalah dengan
memperhatikan 4 kriteria yaitu:
1.
Kelompok
kriteria A : besarnya masalah
2.
Kelompok
kriteria B : tingkat kegawatan
masalah
3.
Kelompok
kriteria C : kemudahan
penanggulangan masalah
4.
Kelompok
kriteria D : PEARL, dimana:
a.
P : kesesuaian
b.
E : secara ekonomi murah
c.
A : dapat diterima
d.
R : tersedia sumber
e. L : legalitas
terjamin
Berdasarkan
hasil identifikasi permasalahan di Bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru diperoleh
masalah bahwa angka kesakitan penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas
Dukuhwaru masih tinggi, sehingga dipilih prioritas masalah untuk mengatasi
permasalahan tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1) Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas
Dukuhwaru
2) Proses Pencatatan dan Pelaporan Data
3) Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran dari Masyarakat
Penentuan
prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di Bidang P2P dengan
Metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:
Tabel
3.2 Prioritas Masalah Metode Hanlon Kuantitatif Bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru
No
|
Inventaris Masalah
|
Skor Kriteria
|
Skor D
|
NPD
|
NPT
|
Prioritas
|
||||||
A
|
B
|
C
|
P
|
E
|
A
|
R
|
L
|
|||||
1.
|
Masalah tenaga kesehatan bidang P2P
Puskesmas Dukuhwaru
|
3
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
18
|
18
|
III
|
2.
|
Proses Pencatatan dan Pelaporan Data
|
4
|
3
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
21
|
21
|
II
|
3.
|
Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran
dari Masyarakat
|
4
|
4
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
24
|
24
|
I
|
Berdasarkan
tabel 3.2 diketahui bahwa permasalahan-permasalahan yang diperoleh berdasarkan
hasil identifikasi permasalahan di Bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru dengan Metode
Hanlon Kuantitatif diperoleh bahwa kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat
merupakan prioritas pertama atau utama yang harus dirumuskan pemecahannya guna menanggulangi
penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.
3.3 Pembahasan Prioritas Masalah
ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian.
ISPA
dibagi dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygiene.
ISPA
hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Tegal khususnya di
wilayah Kecamatan Dukuhwaru karena masih tingginya angka kesakitan ISPA. Data
profil kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2006 menunjukkan jumlah penderita
sebesar 4.029 atau 25,93% dari perkiraan kasus ISPA balita (Dinkes Kab. Tegal,
2007). Sedangkan data profil kesehatan Puskesmas Dukuhwaru tahun 2009
menunjukkan jumlah penderita ISPA sebanyak 722 orang dan semuanya adalah balita
(Profil Puskesmas Dukuhwaru, 2009). Hingga bulan Juli tahun 2010 tercatat
sebanyak 1250 balita menderita ISPA. Sedangkan untuk bulan Agustus tahun 2010
tercatat 18 kasus ISPA pada balita, dimana kasus terbanyak ada di Desa
Dukuhwaru, yaitu sebanyak 7 kasus dan semuanya adalah penderita yang melakukan
kunjungan berobat ke Puskesmas Dukuhwaru.
Upaya
untuk menurunkan angka kesakitan ISPA yang telah dilakukan oleh tenaga
kesehatan Puskesmas Dukuhwaru hanya melalui program manajemen terpadu balita
sehat (MTBS) dan upaya yang telah dilakukan hanya mengarah pada aspek kuratif
saja, sementara aspek preventif dan promotif masih dilupakan. Apabila hal ini
terus dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak besar yaitu terciptanya generasi
penerus bangsa yang kurang produktif akibat terkena ISPA.
Kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar menjadi faktor pemicu masih
tingginya angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru. Kepekaan
masyarakat terhadap masalah kesehatan masih diragukan karena mereka sering
menganggap sepele terhadap masalah kesehatan yang ada di sekitarnya. Kurangnya
pengetahuan juga menjadi sebab kurang pekanya masyarakat terhadap suatu masalah
kesehatan sehingga tingkat kesadaran mereka dalam mencegah dan menangani
masalah kesehatan akan rendah pula.
BAB
IV
PENYELESAIAN
MASALAH
4.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan
gambaran permasalahan mengenai kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas
Dukuhwaru, didapat beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain :
1. Penyuluhan
dengan menggunakan leaflet ISPA
Sebagai upaya meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru perlu dilakukan penyuluhan
dengan menggunakan media yaitu leaflet. Penggunaan media leaflet dapat membantu
masyarakat dalam meningkatkan pengetahuannya tentang ISPA karena dengan media
ini masyarakat dapat membaca sendiri tentang penyakit ISPA mulai dari definisi,
penyebab (etiologi), faktor resiko, dan cara pencegahannya.
2.
Penyuluhan
dengan media film ISPA
3.
Program
“Gebrakan Brantas ISPA”
Program “Gebrakan Brantas
ISPA” merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai ISPA. Dalam program ini, akan dikenalkan
masalaha tentang ISPA terlebih dahulu dan nantinya dilakukan suatu penyuluhan
tentang pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan jika mengetahui adanya
ISPA. Dengan program ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
ISPA dan diharapkan masyarakat akan sadar untuk melakukan pencegahan ISPA.
4.2 Prioritas
Pemecahan Masalah
Dalam
penentuan strategi pemecahan masalah tersebut maka alternatif penyelesaian
masalah tersebut dipilih satu strategi pemecahan masalah dengan menggunakan
metode Reinke.
Penentuan prioritas pemecahan masalah berdasarkan
kriteria matrik dengan metode Reinke, yaitu dengan menetapkan nilai
efektifitas untuk setiap alternatif
jalan keluar, yakni dengan memberi angka 1 (paling tidak efektif) sampai
dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai
efektifitasnya paling tinggi, sedangkan efisiensi untuk setiap alternatif jalan
keluar, yakni dngan memberikan angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan
angka 5 (paling efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost)
yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar.
Tabel 4.1 Prioritas Jalan Keluar dengan Matrik Reinke
No
|
Alternatif Jalan
Keluar
|
Efektivitas
|
Efisiensi
|
Jumlah MxIxV
C
|
||
M
|
I
|
V
|
C
|
|||
1
|
Penyuluhan
dengan menggunakan leaflet ISPA
|
2
|
3
|
2
|
1
|
2x3x2 = 12
1
|
2
|
Penyuluhan dengan media film ISPA
|
4
|
4
|
3
|
3
|
4x4x3 = 16
3
|
3
|
Program
“Gebrakan Brantas ISPA”
|
5
|
5
|
4
|
4
|
5x5x4 = 25
4
|
Keterangan:
M : Magnitude
(besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I : Importancy
(Pentingnya jalan keluar)
V : Vunerability
(Sensitivitas jalan keluar)
C : Cost
(biaya)
Skor = 1 – 5
(Azrul Azwar, 1996 : 208).
Berdasarkan metode penilaian tersebut di atas, maka
diperoleh prioritas strategi pemecahan masalah, yaitu dengan
program “Gebrakan Brantas ISPA”.
4.3 Intervensi
Adapun
perencanaan program intervensi “Gebrakan Brantas ISPA” sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ISPA adalah:
1) Program
Gebrakan Brantas ISPA.
2) Tujuan Program
a. Tujuan
Umum
Meningkatkan kegiatan pencegahan dan penanggulangan
terhadap penyakit ISPA.
b. Tujuan
Khusus
·
Meningkatkan
kepedulian Puskesmas Dukuhwaru terhadap masyarakat sekitar khusunya yang
bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Dukuhwaru.
·
Meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang ISPA.
·
Meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencegahan ISPA.
·
Menurunkan
angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.
3) Sasaran Program
a. Sasaran Primer
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat
Kecamatan Dukuhwaru, khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak balita.
b. Sasaran Sekunder
Petugas tenaga kesehatan dan kader
Posyandu.
4) Strategi Program
Pelaksanaan kegiatan “Gebrakan
Brantas ISPA” ini secara bertahap. Pertama adalah mengenalkan masalah kepada
masyarakat. Tidak jarang kepekaan masyarakat terhadap suatu masalah masih
diragukan. Untuk itu perlu membuat masyarakat peka jika mendengar masalah
tentang ISPA, bahaya ISPA, ciri-ciri terkena ISPA secara singkat dan cara
sederhana mencegah serta mengatasinya sesuai dengan prinsip komunikasi bahwa
suatu program apapunakan terlaksana jika masyarakat telah mengetahuinya
terlebih dahulu.
Cara memperkenalkan masalah ini
dengan dua unsur utama yaitu:
1. Menggunakan
media masa, berupa iklan di televisi di setiap stasiun televisi, mengangkat
artikel-artikel tentang ISPA di majalah ataupun koran, menjadikan info-info
ISPA di radio, membuat talkshow di televisi, mengedarkannya di internet dan
sebagainya. Intinya memanfaatkan media masa sebagai sumber informasi yang
sangat efektif melihat kenyataan bahwa masyarakat sekarang tidak bisa lepas
dari media masa.
2. Menggunakan
struktur penyuluhan dari petugas pelayanan kesehatan ke masyarakat, selain
menggunakan media masa untuk lebih memperjelas bahwa ISPA merupakan akar
masalah dari angka kematian bayi yang patut diperhatikan. Diadakannya seminar
kepada para dokter dan juga tenaga kesehatan lainnya, termasuk petugas
kesehatan Puskesmas. Kemudian informasi yang terstruktur itu disalurkan kepada
kader-kader Posyandu di setiap desa dan kader-kader menyuarakan kemasyarakat
setempat. Tidak lupa juga di setiap tempat pelayanan kesehatan di masing-masing
desa seperti PKD terdapat poster tentang ISPA.
Diharapkan
dengan dua langkah ini dapat membuka pandangan masyarakat tentang ISPA. Setelah
masyarakat mengetahui tentang permasalahan ISPA, yang kedua adalah diadakannya suatu
penyuluhan untuk menambah pengetahuan dan tingkat kesadaran masyrakat dengan
memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan jika
mengetahui ada ISPA.
Setelah
masyarakat mulai peka dan mengetahui tentang ISPA, saatnya memperbaiki
pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, dan juga akses
terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
dilakukan dengan meningkatkan komitmen serta kualitas petugas kesehatan,
diharapkan petugas kesehatan secara tanggap terhadap diagnosis penyakit balita
dan penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani balita
sakit. Di samping itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan dan pemberian
imunisasi ’Haemophylus Influenza type B’(Hib)
dan ’Streptococcus Pneumoniaen’ (IPD)
yang diharapkan mampu melindungi balita dari ancaman ISPA.
5) Rencana Kegiatan Gebrakan Brantas
ISPA
Tabel 4.2 Rencana
Kegiatan Gebrakan Brantas ISPA
Metode
Pelaksanaan
|
Pelaksana
|
Kegiatan
|
Sarana dan
prasarana Kegiatan
|
Praktek Lapangan
|
Puskesmas Dukuhwaru
|
1.
Pengenalan
Masalah.
2.
Penyuluhan untuk
menambah pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu yang
mempunyai anak balita tentang pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan
jika mengetahui adanya ISPA.
3.
Menyediakan
layanan kesehatan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD.
|
1. Tenaga kesehatan masyarakat
2. Kader Posyandu
3. Tokoh masyarakat
4. Media masa (televisi)
5. Poster tentang ISPA
|
6) Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap tahap program dan
dilakukan pemantauan yang benar-benar teliti. Apabila ada suatu kelemahan maka
akan segera ditutupi dan dikoreksi serta diperbaiki, sehingga tujuan program
dapat dicapai secara optimal.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan
data rekap penyakit yang diperoleh selama kegiatan magang khususnya di bidang
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Dukuhwaru, ditemukan permasalahan
yang dialami. Salah satunya adalah masih banyak kasus ISPA yang terjadi di
wilayah Kecamatan Dukuhwaru.
2. Berdasarkan
metode hanlon kuantitatif didapatkan
sebagai prioritas utama masalah yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap ISPA.
3. Dari permasalahan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap ISPA diperoleh suatu alternatif pemecahan masalah yaitu penyuluhan dengan
menggunakan leaflet ISPA, penyuluhan dengan media film ISPA, dan program
“Gebrakan Brantas ISPA”. Berdasarkan metode Reinke yang digunakan dalam menentukan
prioritas pemecahan masalah didapatkan alternatif strategi pemecahan masalah, yaitu program
“Gebrakan Brantas ISPA”. Melalui alternatif pemecahan masalah tersebut
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sehingga
diharapkan mampu menurunkan angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Dukuhwaru.
|
5.2 Saran
Kegiatan yang akan dilaksanakan tentu tidak terlepas dari
suatu hambatan. Agar rencana kegiatan yang akan datang lebih baik maka saran
dan masukan sangat diperlukan. Adapun saran dan masukan adalah sebagai berikut
:
1. Meningkatkan
koordinasi dan komunikasi antar petugas kesehatan Puskesmas dalam rangka
mewujudkan terciptanya Kecamatan Dukuhwaru yang sehat yang ditunjang oleh
pelayanan kesehatan yang optimal.
2. Melakukan
monitoring untuk setiap pelaksanaan kegiatan program “Gebrakan Brantas ISPA”,
untuk menjadi bahan perencanaan kegiatan selanjutnya yang lebih baik.
3. Melakukan
evaluasi kegiatan secara menyeluruh terhadap proses, out put (hasil), dan
dampak untuk mengetahui keberhasilannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2002. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta: Departemen Kesehatan
_____ . 2010. Dukuhwaru, Tegal. Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Dukuhwaru,_Tegal (Diakses
tanggal 22 Agustus 2010, pukul 17:05 WIB)
_____ . 2010. Profil Puskesmas Dukuhwaru. Dukuhwaru Tahun 2009. Dukuhwaru: UPTD
Puskesmas Dukuhwaru
Azrul Azwar, 1996.
Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara
Budioro B. 1997. Pengantar
Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Dukuhwaru: FKM UNDIP Dukuhwaru
Depkes
RI. 1996. Pedoman Program Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan AKut untuk Penanggulangan Pnemonia Pada
Balita dalam Pelita VI. Jakarta: Depkes RI
Dinkes
Kabupaten Tegal. 2007. Profil Kesehatan
Kabupaten Tegal Tahun 2006. Slawi: Dinkes Kab. Tegal
Edi Rosdy. 2005. Pengelolaan
Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas Kabupaten
Bengkulu Utara. KMPK Universitas Gadjah Mada. Available from: http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/
(Diakses tanggal 28 Agustus 2010, pukul 17:08 WIB)
Juli Soemirat Slamet. 2004. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Rasmaliah. 2004. Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf
(Diakses tanggal 28 Agustus 2010, pukul 16:30 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar