7/20/2014

Laporan Magang - Gebrakan Berantas Ispa



 Laporan magang ini sebenarnya udah lama banget dibuatnya...
Tapi tak apalah dipostingnya sekarang..siapa tahu bermanfaat...
:)
 


 

LAPORAN MAGANG

PROGRAM GEBRAKAN BRANTAS ISPA SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN ISPA PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUHWARU
TAHUN 2010





Laporan ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah magang




Oleh
Yusi Oktavisaktiani
NIM. 6450407077






JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010




BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sehat merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia, disamping pendidikan dan pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati penyakit (Anonim, 2002: 3). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Juli Soemirat Slamet, 2004: 4). Secara epidemiologis dapat dikatakan bahwa yang mencakup sebagai “masalah kesehatan” bukan soal kematian, penyakit, kecacatan, dan ketidakmampuan (disability) saja. Tetapi juga faktor-faktor serta latar belakang yang menyebabkan terjadinya dan penyebarannya masalah-masalah tersebut (Budioro, 1997).
Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya mengacu pada visi Indonesia sehat 2010, yaitu gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kondisi masyarakat yang baik merupakan salah satu parameter keberhasilan program pembangunan nasional (Depkes, 2002: 1). 
Hendrik L. Blum menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:147).
Puskesmas adalah suatu persatuan kesehatan fungsional yang menjadi pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas meliputi upaya preventif (pencegahan kesehatan), promotif (peningkatan kesehatan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Puskesmas Dukuhwaru merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Tegal yang wilayah kerjanya berada meliputi seluruh Kecamatan Dukuhwaru. Puskesmas Dukuhwaru melakukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang berada dalam wilayah kerjanya. Salah satu caranya yaitu dengan membentuk struktur organisasi yang terdiri dari beberapa bidang yang salah satunya adalah bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P).
Tugas dari seksi bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah menyelenggarakan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Hingga saat ini ISPA masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%. WHO memperkirakan kematian akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah bila tidak diberi pengobatan. Kematian balita karena pneumonia secara nasional diperkirakan 6 per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita pertahun (Edi Rosdy, 2005: 6).
ISPA hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Tegal khususnya di wilayah Kecamatan Dukuhwaru karena masih tingginya angka kesakitan ISPA. Data profil kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2006 menunjukkan jumlah penderita sebesar 4.029 atau 25,93% dari perkiraan kasus ISPA balita (Dinkes Kab. Tegal, 2007). Sedangkan data profil kesehatan Puskesmas Dukuhwaru tahun 2009 menunjukkan jumlah penderita ISPA sebanyak 722 orang dan semuanya adalah balita (Profil Puskesmas Dukuhwaru, 2009). Hingga bulan Juli tahun 2010 tercatat sebanyak 1250 balita menderita ISPA. Sedangkan untuk bulan Agustus tahun 2010 tercatat 18 kasus ISPA pada balita, dimana kasus terbanyak ada di Desa Dukuhwaru, yaitu sebanyak 7 kasus dan semuanya adalah penderita yang melakukan kunjungan berobat ke Puskesmas Dukuhwaru.
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Dukuhwaru hanya melalui program manajemen terpadu balita sehat (MTBS). Masih kurangnya upaya-upaya dalam menangani ISPA pada balita ini mengakibatkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru tetap tinggi sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dan terobosan nyata yang harus dilakukan, salah satu tindakan yang perlu dilakukan adalah melalui pembuatan instruksi dari pihak Puskesmas Dukuhwaru yang kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. Instruksi tersebut berisi tentang cara-cara pencegahan ISPA yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dalam laporan ini akan dikaji tentang “Program Gebrakan Brantas ISPA sebagai Upaya Menurunkan Angka Kesakitan ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2010”.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru?

1.3         Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.
1.3.2    Tujuan Khusus
1.        Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.
2.        Mahasiswa dapat mencari alternatif pemecahan masalah, langkah-langkah pemecahan masalah, dan prioritas pemecahan masalah pada kasus tingginya angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.

1.4         Manfaat
1.4.1        Bagi Mahasiswa
1.   Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di tempat magang dan dapat memberikan kontribusinya dengan memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah yang ada.
2.      Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh kepada instansi tempat magang dan memperoleh gambaran tentang kondisi dunia kerja khususnya di bidang kesehatan.
1.4.2        Bagi Puskesmas Dukuhwaru
1.     Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Dukuhwaru dalam pembuatan rencana program dan pemantauan wilayah setempat untuk memantau kegiatan di lapangan.
2.     Membina dan meningkatkan kerjasama yang baik dalam meningkatkan   kualitas mahasiswa yang bermutu dan kredibel.
1.4.3        Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Terbinanya jaringan kerjasama dengan instansi tempat magang yaitu Puskesmas Dukuhwaru dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1       Analisis Situasi Umum
2.1.1    Gambaran Umum Kecamatan Dukuhwaru
2.1.1.1 Keadaan Geografis
            Kecamatan Dukuhwaru adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tegal yang terletak ± 6 km di sebelah barat Slawi, dengan pusat pemerintahan di Dukuhwaru. Batas-batas wilayah Kecamatan Dukuhwaru adalah :
1.        Sebelah Utara      =   Kecamatan Adiwerna        
2.        Sebelah Timur      =   Kecamatan Slawi
3.        Sebelah Selatan   =   Kecamatan Lebaksiu
4.        Sebelah Barat      =   Kabupaten Brebes
Secara topografis, Kecamatan Dukuhwaru tergolong ke dalam wilayah dataran rendah. Kecamatan Dukuhwaru mempunyai 10 desa yang ada dalam wilayahnya, yaitu:

1.        Slarang Lor
2.        Selapura
3.        Blubuk
4.        Gumayun
5.        Kabunan
6.        Pedagangan
7.        Kalisoka
8.        Sindang
9.        Dukuhwaru
10.    Bulakpacing



 
2.1.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Dukuhwaru pada tahun 2009 sebanyak 63.270 jiwa terdiri dari 31.542 jiwa laki-laki dan 31.728 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Dukuhwaru adalah sebesar 2.406 jiwa/km2. Dari 10 desa yang ada, Desa Pedagangan merupakan desa dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 3.750 jiwa/km2. Desa dengan jumlah penduduk paling banyak ada pada Desa Blubuk sejumlah 11.176 jiwa dan yang paling sedikit penduduknya di Desa Selapura berjumlah 3.669 jiwa.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Dukuhwaru Menurut Jenis Kelamin dari Masing-Masing Desa (Hingga Bulan Agustus Tahun 2010)
No
Nama Desa
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1.
Slaranglor
       3.020
        3.110
         6.130
2.
Selapura
       1.663
        1.786
         3.449
3.
Blubuk
       5.371
        5.504
       10.875
4.
Gumayun
       3.094
        4.441
         7.535
5.
Kabunan
       2.961
        3.065
         6.026
6.
Pedagangan
       3.208
        2.971
         6.179
7.
Kalisoka
       2.903
        3.277
         6.180
8.
Sindang
       1.957
        2.743
         4.700
9.
Dukuhwaru
       4.414
        2.017
         6.431
10.
Bulakpacing
       2.792
        2.684
         5.476
Jumlah
     31.383
      31.598
       62.981
Sumber: Data Survei Penduduk Masing-Masing Desa

2.1.1.3 Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan akan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga meupakan salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data BPS Kecamatan Dukuhwaru tahun 2009, jumlah penduduk wajib belajar 9 tahun sebesar 6.352 jiwa. Sedangkan penduduk yang putus sekolah sebesar 11 orang dan penduduk buta huruf sebesar 1.116 jiwa.




2.1.2    Kondisi Umum Puskesmas Dukuhwaru
2.1.2.1 Struktur Organisasi
Susunan organisasi Puskesmas Dukuhwaru sebagai berikut:
1.    Kepala Puskesmas
2.    Unit Tata Usaha
3.    Bidang Promosi Kesehatan
4.    Bidang Kesehatan Lingkungan
5.    Bidang Kesehatan Ibu dan Anak
6.    Bidang Keluarga Berencana
7.    Bidang Imunisasi
8.    Bidang Gizi
9.    Bidang P2M
10.  Bidang Gigi
11.  Jaringan pelayanan yang terdiri dari puskesmas pembantu (PUSTU), puskesmas keliling, dan bidan di desa.

2.1.2.2 Tugas dan Fungsi
Tugas pokok dari Puskesmas Dukuhwaru adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal di bidang pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, kesehatan keluarga dan gizi, serta promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan.
Sedangkan fungsi dari Puskesmas Dukuhwaru adalah sebagai berikut:
1.    Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
b.   Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c.  Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
2.    Pusat pemberdayaan masyarakat
       Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat :
a.     Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat
b.       Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan
c.        Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
3.    Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang terbagi dalam 2 bidang yaitu:
a.     Pelayanan kesehatan perorangan
b.    Pelayanan kesehatan masyarakat.
2.1.2.3 Visi dan Misi
Visi yang ditetapkan oleh Puskesmas Dukuhwaru dalam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan adalah “Terwujudnya Kecamatan Dukuhwaru sehat 2010 menuju Indonesia sehat 2010”. Hakikat masyarakat kecamatan yang sehat adalah masyarakat yang ditandai oleh penduduk hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Misi Puskesmas Dukuhwaru sebagai pencerminan peran, fungsi dan kewenangan yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah Kecamatan Dukuhwaru, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah Kecamatan Dukuhwaru, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

2.1.2.4 Azas
            Azas yang dianut oleh Puskesmas Dukuhwaru adalah:
1.    Azas pertanggungjawaban wilayah
       Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Dukuhwaru. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, dan puskesmas keliling.

2.    Azas pemberdayaan masyarakat
       Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas. Potensi masyarakat perlu dihimpun melalui upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM).
3.    Azas keterpaduan
·      Lintas program
·      Lintas sektoral
4.    Azas rujukan
·      Rujukan medis, yang meliputi rujukan kasus, bahan pemeriksaan, dan ilmu pengetahuan.
·   Rujukan kesehatan masyarakat, yang meliputi rujukan sarana dan logistik, rujukan tenaga, serta rujukan operasional.

2.1.2.5 Tujuan
            Tujuan dari Puskesmas Dukuhwaru adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

2.1.2.6 Strategi
            Strategi yang dilakukan oleh Puskesmas Dukuhwaru mengacu pada strategi Indonesia Sehat 2010, yaitu:
1.    Paradigma Sehat
2.    Profesionalisme
3.    Desentralisasi
4.    JPKM

2.1.2.7 Program dan Kegiatan
            Program kesehatan yang ada di Puskesmas Dukuhwaru antara lain:
A.   Program Kesehatan Wajib Puskesmas
1.  Program Promosi Kesehatan
                 Bidang promosi kesehatan di Puskesmas Dukuhwaru terbagi menjadi beberapa seksi yang salah satunya adalah seksi pemberdayaan masyarakat. Program dari seksi pemberdayaan masyarakat antara lain:
a.    Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang meliputi Posyandu, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), Pos obat desa, Poskestren, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan Pos Kesehatan Desa (PKD)/ Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
b.    Desa Siaga.
c.    Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2.  Program Penyehatan Lingkungan
                             Kegiatan yang dilakukan dalam bidang penyehatan lingkungan di Puskesmas Dukuhwaru adalah:
     a.  Survei dan pemantauan rumah dan lingkungan
     b.  Survei sarana air bersih
   c. Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum seperti masjid/ musholla, pasar, terminal, salon kecantikan, dan lain-lain.
     d.  Inspeksi sanitasi TPPM seperti warung makan dan industri rumah tangga.
     e.  Inspeksi sanitasi TP3 seperti industri pestisida.
     f.  Klinik sanitasi dan melakukan kunjungan lapangan dari data pasien.
3.  Program Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
                 Kegiatan yang dilakukan dalam bidang kesehatan ibu dan anak adalah:
     A. Kegiatan Bulanan
                      Kegiatan bulanan yang dilakukan meliputi kegiatan di dalam gedung dan kegiatan di luar gedung.
a.    Kegiatan di dalam gedung
     Kegiatan yang dilakukan di dalam gedung adalah:
·      Pemeriksaan ibu hamil yang setiap hari dilakukan
·      Pemeriksaan ibu nifas
·      Pemeriksaan ibu menyusui
·      Pemeriksaan KB
·      Pemeriksaan bayi
·      Pemeriksaan anak
·      Pemeriksaan anak pra sekolah
·      Pembinaan dukun bayi yang dilakukan dua minggu sekali

b.    Kegiatan di luar gedung
     Kegiatan yang dilakukan di luar gedung adalah:
·      Posyandu balita
·      Posyandu lansia
·      PUSTU
·      PKD
·      Supervisi bidan desa
            B. Pembinaan-pembinaan
                 Pembinaan-pembinaan yang dilakukan antara lain:
a.    Pembinaan bidan penanggung jawab desa
b.    Catatan pelaporan
c.    Laporan hasil kegiatan
d.   Pembuatan grafik PWS KIA
e.    Analisa PWS KIA
4.  Program Imunisasi
                 Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program imunisasi di Puskesmas Dukuhwaru adalah:
a.    Supervisi bidan desa
b.    Evaluasi cakupan Tri Bulan I
c.    Evaluasi cakupan Tri Bulan II
d.   BIAS campak
e.    Evaluasi hasil BIAS campak
f.     Laporan hasil BIAS campak
g.    Evaluasi cakupan Tri Bulan III
h.    Menyusun RTL
i.      BIAS DT dan TT
j.      Evaluasi hasil BIAS DT dan TT
k.    Laporan hasil BIAS DT dan TT
l.      Evaluasi akhir
m.  Laporan akhir
5.  Program Perbaikan Gizi
                 Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program perbaikan gizi di Puskesmas Dukuhwaru adalah:
     a.  Pemberian tambahan makanan dan vitamin
     b.  Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), kurang vitamin A, dan kekurangan gizi mikro lainnya.
     c.  Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI).
6.  Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
                 Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit yang meliputi:
a.    Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang
·      Pemberantasan Penyakit Malaria
·      Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
·      Pemberantasan Penyakit Filariasis
b.    Pemberantasan Penyakit Menular Langsung
·      Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis
·      Pemberantasan Penyakit Kusta
·      Pemberantasan Penyakit Diare
·      Pemberantasan Penyakit ISPA
·      Pemberantasan Penyakit Sexual dan HIV/AIDS
·      Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)
c.    Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
7.  Program Kesehatan Gigi dan Mulut
                 Kegiatan yang dilakukan antara lain:
     a.  Kegiatan di dalam gedung
          Kegiatan yang dilakukan di dalam gedung adalah melakukan pelayanan terhadap pasien yang berkunjung ke poli gigi, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
     b.  Kegiatan di luar gedung
          Kegiatan yang dilakukan di luar gedung adalah mendirikan UKGS, UKGMD, dan melakukan promosi berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
B.   Program Kesehatan Pengembangan Puskesmas
·      Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan Puskesmas.
·      Bila ada masalah kesehatan, tetapi puskesmas tidak mampu menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.
·      Upaya Laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta Pencatatan.
·      Pelaporan merupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan.

2.1.2.8 Sumber Daya
Adapun sumber daya yang dimiliki oleh Puskesmas Dukuhwaru sebagai berikut:
A.   Ketenagaan
Data tenaga kesehatan dan non kesehatan di lingkungan Puskesmas Dukuhwaru sebagai berikut:
Tabel 2.2  Data Ketenagaan Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2010
No.
Nama
Jabatan
1.
M. Zen Sutrisno, S.KM, M.M.
Kepala Puskesmas
2.
Dra. Sri Basundari
Ka. Subag TU
3.
drg. Hendrastuti Ernaningsih
Dokter gigi
4.
Madyani Soeroko, AM. Keb.
Bidan
5.
Apriyatin
Bidan
6.
Ida Rosidah, S.KM.
Perawat
7.
dr. Subchanuddin
Dokter
8.
Suyati
Petugas Laboratorium
9.
Windrayati
Koordinator Imunisasi
10.
Titin Winingsih
Bidan
11.
Wiyatin
Bidan
12.
Susdiyah, AM.Kep.
Perawat
13.
Wiharti
Bidan
14.
Hartuti
Staf Petugas SP3
15.
Sam’un, AM.Kep.
Perawat
16.
Nani Hardiyani, AM.Kep.
Perawat
17.
Soiman, S.ST.
Petugas Kesling
18.
M. Japar Suhandi
Pekarya Kesehatan
19.
Sumarto
Sopir
20.
Dina Putri
Bidan Desa
21.
Tri Hartati
Bidan
22.
Taproji
Petugas Loket
23.
Sri Indrawati
Bidan
24.
Mutmainah
Bidan
25.
Siti Ronjati
Staf
26.
Indah Rif’ayati
Bidan
27.
Unik Yeni P.
Bidan Desa
28.
Sadiman
Staf Petugas Kebersihan
29.
Fifi Handayani
Bidan Puskesmas
30.
Iin Indriani
Bidan Desa
31.
Nesi Yulia A.
Bidan Desa
32.
Mariah Ulfah
Bidan Desa
33.
Nur Hikmatul Saadah
Bidan Desa
34.
Eko Purwanto
Staf
35.
Ani Setiyowati
Bidan Desa
36.
Mahmudah Khurotul Aini
Petugas Promkes
37.
Mulyati
Bidan Desa
38.
Ulfiana Sator
Perawat
39.
Satoto
Petugas Gizi
40.
Ika Merda R.
Bidan Desa
41.
Imas Husnul Hotimah
Perawat
42.
Rohmah Purwitasari
Staf
43.
Indah Lestari
Bidan Desa
44.
Rustiyati
Bidan Desa
45.
Dewi Herawati
Bidan Desa
46.
Dwi Lintangsari
Bidan Desa
47.
Muyasaroh
Asisten Apoteker
48.
Primarosita
Perawat Gigi
49.
Moh. Domiri
Perawat
50.
Maslikha
Staf
Sumber: Profil Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2009

B.   Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di lingkungan Puskesmas Dukuhwaru sebagai berikut:
Tabel 2.3  Data Sarana dan Prasarana di Lingkungan Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2009
No.
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1.
Pustu
3
2.
PKD
3
3.
Mobil Ambulance
1
4.
Lab. Kesehatan
1
5.
Kendaraan roda 2
4
6.
Komputer
4
7.
Printer
3
8.
Mesin ketik
3
9.
OHP
1
10.
Wireless
1
11.
TV
1
            Sumber: Profil Puskesmas Dukuhwaru Tahun 2009

2.2       Analisis Situasi Khusus
2.2.1    Gambaran Umum Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
2.2.1.1 Kedudukan
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) adalah bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Puskesmas Dukuhwaru.

2.2.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Bidang P2P mempunyai tugas pokok melaksanakan penyelenggarakan program surveilans epidemiologi, penyelengaraan program pencegahan penyakit dan program pemberantasan penyakit.
Adapun fungsi Bidang P2P sebagai berikut:
1.  Perencanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan kemungkinan terjadinya wabah.
2. Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan kemungkinan terjadinya wabah.
3. Pemantauan, pembinaan dan pengendalian kegiatan pencegahan serta pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan terjadinya wabah.
4. Penilaian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan terjadinya wabah.
5.    Pemberian petunjuk teknis operasional tentang cara-cara pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun penyakit yang bersumber/ ditularkan melalui binatang termasuk penyelidikan terjadinya wabah.
6.    Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Puskesmas sesuai dengan bidang tugasnya.

2.2.1.3 Kewenangan
Bidang P2P mempunyai kewenangan sebagai berikut:
1.    Pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
2.    Pencegahan penyakit
3.    Pemberantasan penyakit bersumber binatang
4.    Pencegahan penyakit menular langsung.

2.2.1.4 Tujuan
1.  Tujuan Umun
     Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular.
2.  Tujuan Khusus
a.    Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD
b.    Menurunkan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
c.    Tertanggulanginya setiap KLB dengan cepat dan tepat
d.   Mengantisipasi diare di Kecamatan Dukuhwaru.

2.2.1.5 Kebijakan dan Strategi
Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit antara lain:
1. Peningkatan mutu pemerataan pelayanan kesehatan dengan menitik beratkan pada pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya terpadu yang diselengarakan Puskesmas serta pelayanan kesehatan rujukan.
2.  Mengingat penyebab utama rendahnya derajat kesehatan yaitu penyakit menular, maka prioritas utama diberikan pada upaya penggulangan penyakit menular.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit secara terpadu dilaksanakan melalui upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan rujukan serta upaya lain termasuk upaya dari masyarakat yang dipersiapkan kemampuannya secara mantap dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
4. Peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit perlu ditingkatkan yang meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit secara sederhana termasuk kebiasaan hidup sehat.
b.    Meningkatkan pelaporan Kejadian Luar Biasa (KLB) dari masyarakat secara cepat.
c.   Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan penanggulangan wabah.
Strategi pembangunan kesehatan antara lain:
1. Kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit diprioritaskan pada daerah endemis dengan sosial ekonomi penduduk rendah.
2. Kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit diprioritaskan pada penyakit yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian tinggi.
3.   Kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit dilaksanakan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektoral.
4.   Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit sesuai dengan program pokok yang ada.
5.  Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat dan LSM.


BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH

3.1       Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan data rekap penyakit yang diperoleh selama kegiatan magang khususnya di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Dukuhwaru, ditemukan permasalahan yang dialami. Salah satunya adalah masih banyak kasus ISPA yang terjadi di wilayah Kecamatan Dukuhwaru. Walaupun jumlah kasus ISPA di wilayah ini menurun, tetapi jumlah penderitanya masih banyak dan semua penderitanya adalah balita. Hingga saat ini, ISPA masih menduduki peringkat pertama dari 10 besar penyakit dengan angka kesakitan tertinggi di wilayah Kecamatan Dukuhwaru.
Tabel 3.1 Jumlah Penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru Selama Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli Tahun 2010


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Jumlah Penderita (Balita)
1224
1456
2048
1620
1526
1359
1250
Sumber: Data SP3 Puskesmas Dukuhwaru

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penderita ISPA relatif mengalami penurunan walaupun sempat mengalami peningkatan pada bulan Maret tahun 2010, akan tetapi jumlah penderitanya masih banyak yaitu mencapai hingga ribuan balita. Pada bulan Agustus tahun 2010, masih ditemukan kasus ISPA pada balita di Kecamatan Dukuhwaru yaitu 18 kasus dan kasus tersebut hanya untuk orang-orang yang melakukan kunjungan berobat di Puskesmas Dukuhwaru.
Bidang P2P merupakan bidang yang menangani tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit menular maupun tidak menular, dalam hal ini salah satunya adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Beberapa program telah dilaksanakan guna mencegah dan menaggulangi penyakit ISPA, program-program tersebut yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengadaan ARI TIMER guna mencukupi alat bantu diagnostik penyakit ISPA di Puskesmas, dan sosialisasi tentang penyakit ISPA kepada warga yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru. Namun dari pelaksanaan tersebut masih kurang optimal. Hal ini terbukti dengan adanya laporan kasus ISPA yang masuk tiap tahunnya menggambarkan bahwa angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru masih tinggi. Beberapa hal yang memungkinkan menjadi penyebab masih tingginya angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru di antaranya adalah:
1)  Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru
Menurut Budioro B (2002: 134), dalam SKN disebutkan bahwa salah satu dari 7 butir masalah yang diprioritaskan adalah ‘masalah sumber-daya tenaga dan biaya kesehatan’. Masalah ketenagaan di bidang kesehatan perlu ditinjau dari berbagai segi antara lain sebagai berikut:
      i.     Keberadaan berbagai jenis tenaga kesehatan secara kuantitas dan kualitasnya
    ii.     Pengadaan (‘produksi’) dan penyusutan serta perubahan statusnya
   iii.    Perencanaan, distribusi atau penyebaran dan penempatannya di masyarakat atau wilayah Negara
   iv.    Daya-serap dan pemanfaatannya oleh masyarakat pengguna.
Masalah tenaga yang ada pada P2P Puskesmas Dukuhwaru, yaitu masalah tenaga berdasarkan keberadaan berbagai jenis tenaga kesehatan secara kuantitas dan kualitasnya. Kenyataan yang terjadi di bidang P2P, meskipun tugas untuk masing-masing karyawan (staf) sudah dibagi, tetapi beban kerja yang diberikan masih cukup berat. Hal ini terjadi karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dan jumlah tenaga yang masih terbatas.
2)  Proses Pencatatan dan Pelaporan Data
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat efektif bila didukung oleh sistem surveilans yang efektif pula. Dalam surveilans dilaksanakan proses pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan. Kecepatan dan ketepatan informasi yang dihasilkan dalam sistem surveilans dapat menjamin pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan cepat dan tepat, sehingga diperlukan adanya proses pengolahan data secara efektif dan efisien.
Dalam melaksanakan kegiatannya, staf pada bidang P2P menemui beberapa hal yang dapat menghambat kelancaran proses kerja, salah satunya dalam proses pengolahan data. Proses pencatatan dan pelaporan data penyakit di bidang ini sering terhambat disebabkan kurangnya sarana komputer, program komputer yang bermasalah dan kurangnya tenaga untuk melaksanakan tugas tersebut, sehingga dapat berakibat pada kurang tepatnya waktu penginformasian.
Dalam Sistem Ketahanan Nasional  (SKN) Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna diperlukan manajemen kesehatan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi kesehatan yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan program informasi kesehatan yang dibutuhkan yaitu mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai pembangunan lain. Ketepatan waktu merupakan salah satu aspek kualitatif yang perlu dipertimbangkan dalam pengolahan dan analisis data surveilans.
3)  Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran dari Masyarakat
Bidang P2P merupakan salah satu bidang di Puskesmas yang berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dimana dalam pelaksanaannya tidak lepas dari peran serta bidang-bidang lain  yang ada di Puskesmas Dukuhwaru maupun peran serta (partisipasi) dari masyarakat Kecamatan Dukuhwaru. Namun selama pelaksanaan program yang telah dijalankan oleh Puskesmas Dukuhwaru khususnya program penanggulangan ISPA, peran serta (partisipasi) masyarakat masih kurang. Masih kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

3.2       Prioritas Masalah
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah Metode Hanlon Kuantitatif.  Metode Hanlon Kuantitatif merupakan salah satu cara untuk menetapkan urutan pioritas masalah dengan memperhatikan 4 kriteria yaitu:
1.    Kelompok kriteria A          : besarnya masalah
2.    Kelompok kriteria B           : tingkat kegawatan masalah
3.    Kelompok kriteria C           : kemudahan penanggulangan masalah
4.    Kelompok kriteria D          : PEARL, dimana:
a.    P   : kesesuaian
b.    E  : secara ekonomi murah
c.    A  : dapat diterima
d.   R  : tersedia sumber
e.    L  : legalitas terjamin
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di Bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru diperoleh masalah bahwa angka kesakitan penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru masih tinggi, sehingga dipilih prioritas masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1)  Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru
2)  Proses Pencatatan dan Pelaporan Data
3)  Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran dari Masyarakat
Penentuan prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di Bidang P2P dengan Metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:

Tabel 3.2 Prioritas Masalah Metode Hanlon Kuantitatif Bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru
No
Inventaris Masalah
Skor Kriteria
Skor D
NPD
NPT
Prioritas
A
B
C
P
E
A
R
L
1.
Masalah tenaga kesehatan bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru
3
3
3
1
1
1
1
1
18
18
III
2.
Proses Pencatatan dan Pelaporan Data
4
3
3
1
1
1
1
1
21
21
II
3.
Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran dari Masyarakat
4
4
3
1
1
1
1
1
24
24
I

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa permasalahan-permasalahan yang diperoleh berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di Bidang P2P Puskesmas Dukuhwaru dengan Metode Hanlon Kuantitatif diperoleh bahwa kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat merupakan prioritas pertama atau utama yang harus dirumuskan pemecahannya guna menanggulangi penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.

3.3       Pembahasan Prioritas Masalah
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA dibagi dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
ISPA hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Tegal khususnya di wilayah Kecamatan Dukuhwaru karena masih tingginya angka kesakitan ISPA. Data profil kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2006 menunjukkan jumlah penderita sebesar 4.029 atau 25,93% dari perkiraan kasus ISPA balita (Dinkes Kab. Tegal, 2007). Sedangkan data profil kesehatan Puskesmas Dukuhwaru tahun 2009 menunjukkan jumlah penderita ISPA sebanyak 722 orang dan semuanya adalah balita (Profil Puskesmas Dukuhwaru, 2009). Hingga bulan Juli tahun 2010 tercatat sebanyak 1250 balita menderita ISPA. Sedangkan untuk bulan Agustus tahun 2010 tercatat 18 kasus ISPA pada balita, dimana kasus terbanyak ada di Desa Dukuhwaru, yaitu sebanyak 7 kasus dan semuanya adalah penderita yang melakukan kunjungan berobat ke Puskesmas Dukuhwaru.
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan ISPA yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Dukuhwaru hanya melalui program manajemen terpadu balita sehat (MTBS) dan upaya yang telah dilakukan hanya mengarah pada aspek kuratif saja, sementara aspek preventif dan promotif masih dilupakan. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak besar yaitu terciptanya generasi penerus bangsa yang kurang produktif akibat terkena ISPA.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat sekitar menjadi faktor pemicu masih tingginya angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru. Kepekaan masyarakat terhadap masalah kesehatan masih diragukan karena mereka sering menganggap sepele terhadap masalah kesehatan yang ada di sekitarnya. Kurangnya pengetahuan juga menjadi sebab kurang pekanya masyarakat terhadap suatu masalah kesehatan sehingga tingkat kesadaran mereka dalam mencegah dan menangani masalah kesehatan akan rendah pula.


BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH

4.1       Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan gambaran permasalahan mengenai kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru, didapat beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain :
1.    Penyuluhan dengan menggunakan leaflet ISPA
Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru perlu dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media yaitu leaflet. Penggunaan media leaflet dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuannya tentang ISPA karena dengan media ini masyarakat dapat membaca sendiri tentang penyakit ISPA mulai dari definisi, penyebab (etiologi), faktor resiko, dan cara pencegahannya.
2.    Penyuluhan dengan media film ISPA
Media film ISPA perlu dibuat guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru. Penggunaan media film dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuannya tentang ISPA karena dalam media ini terdapat pesan-pesan kesehatan tentang ISPA. Selain itu, media film menggunakan teknik audio visual sehingga masyarakat dapat lebih cepat menangkap pesan-pesan dari film tersebut dan nantinya mereka sadar untuk mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Program “Gebrakan Brantas ISPA”
Program “Gebrakan Brantas ISPA” merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ISPA. Dalam program ini, akan dikenalkan masalaha tentang ISPA terlebih dahulu dan nantinya dilakukan suatu penyuluhan tentang pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan jika mengetahui adanya ISPA. Dengan program ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ISPA dan diharapkan masyarakat akan sadar untuk melakukan pencegahan ISPA.

4.2       Prioritas Pemecahan Masalah
Dalam penentuan strategi pemecahan masalah tersebut maka alternatif penyelesaian masalah tersebut dipilih satu strategi pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke.
Penentuan prioritas pemecahan masalah berdasarkan kriteria matrik dengan metode Reinke, yaitu dengan menetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif  jalan keluar, yakni dengan memberi angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi, sedangkan efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dngan memberikan angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar.
 Tabel 4.1 Prioritas Jalan Keluar dengan Matrik Reinke
No
Alternatif Jalan Keluar
Efektivitas
Efisiensi
Jumlah MxIxV
C
M
I
V
C

1

Penyuluhan dengan menggunakan leaflet ISPA

2

3

2

1

2x3x2 = 12
    1

2

Penyuluhan dengan media film ISPA

4

4

3

3

4x4x3 = 16
    3

3

Program “Gebrakan Brantas ISPA”

5

5

4

4

5x5x4 = 25
    4

Keterangan:
M         : Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I           : Importancy (Pentingnya jalan keluar)
V         : Vunerability (Sensitivitas jalan keluar)
C         : Cost (biaya)
Skor = 1 – 5
(Azrul Azwar, 1996 : 208).
Berdasarkan metode penilaian tersebut di atas, maka diperoleh prioritas strategi pemecahan masalah, yaitu dengan program “Gebrakan Brantas ISPA”.

4.3       Intervensi
Adapun perencanaan program intervensi “Gebrakan Brantas ISPA” sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ISPA adalah:
1)  Program
     Gebrakan Brantas ISPA.

2)  Tujuan Program
     a.  Tujuan Umum
Meningkatkan kegiatan pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit ISPA.
     b.  Tujuan Khusus
·      Meningkatkan kepedulian Puskesmas Dukuhwaru terhadap masyarakat sekitar khusunya yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Dukuhwaru.
·      Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ISPA.
·      Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencegahan ISPA.
·      Menurunkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.

3)  Sasaran Program
a.  Sasaran Primer
     Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat Kecamatan Dukuhwaru, khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak balita.
b.  Sasaran Sekunder
     Petugas tenaga kesehatan dan kader Posyandu.

4)  Strategi Program
            Pelaksanaan kegiatan “Gebrakan Brantas ISPA” ini secara bertahap. Pertama adalah mengenalkan masalah kepada masyarakat. Tidak jarang kepekaan masyarakat terhadap suatu masalah masih diragukan. Untuk itu perlu membuat masyarakat peka jika mendengar masalah tentang ISPA, bahaya ISPA, ciri-ciri terkena ISPA secara singkat dan cara sederhana mencegah serta mengatasinya sesuai dengan prinsip komunikasi bahwa suatu program apapunakan terlaksana jika masyarakat telah mengetahuinya terlebih dahulu.
            Cara memperkenalkan masalah ini dengan dua unsur utama yaitu:
1.  Menggunakan media masa, berupa iklan di televisi di setiap stasiun televisi, mengangkat artikel-artikel tentang ISPA di majalah ataupun koran, menjadikan info-info ISPA di radio, membuat talkshow di televisi, mengedarkannya di internet dan sebagainya. Intinya memanfaatkan media masa sebagai sumber informasi yang sangat efektif melihat kenyataan bahwa masyarakat sekarang tidak bisa lepas dari media masa.
2.  Menggunakan struktur penyuluhan dari petugas pelayanan kesehatan ke masyarakat, selain menggunakan media masa untuk lebih memperjelas bahwa ISPA merupakan akar masalah dari angka kematian bayi yang patut diperhatikan. Diadakannya seminar kepada para dokter dan juga tenaga kesehatan lainnya, termasuk petugas kesehatan Puskesmas. Kemudian informasi yang terstruktur itu disalurkan kepada kader-kader Posyandu di setiap desa dan kader-kader menyuarakan kemasyarakat setempat. Tidak lupa juga di setiap tempat pelayanan kesehatan di masing-masing desa seperti PKD terdapat poster tentang ISPA.
                 Diharapkan dengan dua langkah ini dapat membuka pandangan masyarakat tentang ISPA. Setelah masyarakat mengetahui tentang permasalahan ISPA, yang kedua adalah diadakannya suatu penyuluhan untuk menambah pengetahuan dan tingkat kesadaran masyrakat dengan memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan jika mengetahui ada ISPA.
                 Setelah masyarakat mulai peka dan mengetahui tentang ISPA, saatnya memperbaiki pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, dan juga akses terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan meningkatkan komitmen serta kualitas petugas kesehatan, diharapkan petugas kesehatan secara tanggap terhadap diagnosis penyakit balita dan penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani balita sakit. Di samping itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan dan pemberian imunisasi ’Haemophylus Influenza type B’(Hib) dan ’Streptococcus Pneumoniaen’ (IPD) yang diharapkan mampu melindungi balita dari ancaman ISPA.

5)  Rencana Kegiatan Gebrakan Brantas ISPA
Tabel 4.2  Rencana Kegiatan Gebrakan Brantas ISPA
Metode Pelaksanaan
Pelaksana
Kegiatan
Sarana dan prasarana Kegiatan
Praktek Lapangan
Puskesmas Dukuhwaru
1.    Pengenalan Masalah.
2.    Penyuluhan untuk menambah pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak balita tentang pencegahan dan tindakan yang harus dilakukan jika mengetahui adanya ISPA.
3.    Menyediakan layanan kesehatan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD.
1.   Tenaga kesehatan masyarakat
2.   Kader Posyandu
3.   Tokoh masyarakat
4.   Media masa (televisi)
5.   Poster tentang ISPA

6)  Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap tahap program dan dilakukan pemantauan yang benar-benar teliti. Apabila ada suatu kelemahan maka akan segera ditutupi dan dikoreksi serta diperbaiki, sehingga tujuan program dapat dicapai secara optimal.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan
1.  Berdasarkan data rekap penyakit yang diperoleh selama kegiatan magang khususnya di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Dukuhwaru, ditemukan permasalahan yang dialami. Salah satunya adalah masih banyak kasus ISPA yang terjadi di wilayah Kecamatan Dukuhwaru.
2. Berdasarkan metode hanlon kuantitatif didapatkan sebagai prioritas utama masalah yaitu kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap ISPA.
3.  Dari permasalahan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap ISPA diperoleh suatu alternatif pemecahan masalah yaitu penyuluhan dengan menggunakan leaflet ISPA, penyuluhan dengan media film ISPA, dan program “Gebrakan Brantas ISPA”. Berdasarkan metode Reinke yang digunakan dalam menentukan prioritas pemecahan masalah didapatkan alternatif strategi pemecahan masalah, yaitu program “Gebrakan Brantas ISPA”. Melalui alternatif pemecahan masalah tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, sehingga diharapkan mampu menurunkan angka kesakitan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dukuhwaru.


5.2       Saran
Kegiatan yang akan dilaksanakan tentu tidak terlepas dari suatu hambatan. Agar rencana kegiatan yang akan datang lebih baik maka saran dan masukan sangat diperlukan. Adapun saran dan masukan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar petugas kesehatan Puskesmas dalam rangka mewujudkan terciptanya Kecamatan Dukuhwaru yang sehat yang ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang optimal.
2. Melakukan monitoring untuk setiap pelaksanaan kegiatan program “Gebrakan Brantas ISPA”, untuk menjadi bahan perencanaan kegiatan selanjutnya yang lebih baik.
3. Melakukan evaluasi kegiatan secara menyeluruh terhadap proses, out put (hasil), dan dampak untuk mengetahui keberhasilannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan

_____ . 2010. Dukuhwaru, Tegal. Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Dukuhwaru,_Tegal (Diakses tanggal 22 Agustus 2010, pukul 17:05 WIB)

_____ . 2010. Profil Puskesmas Dukuhwaru. Dukuhwaru Tahun 2009. Dukuhwaru: UPTD Puskesmas Dukuhwaru

Azrul Azwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara

Budioro B. 1997. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Dukuhwaru: FKM UNDIP Dukuhwaru

Depkes RI. 1996. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan AKut untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita dalam Pelita VI. Jakarta: Depkes RI

Dinkes Kabupaten Tegal. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2006. Slawi: Dinkes Kab. Tegal

Edi Rosdy. 2005. Pengelolaan Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas Kabupaten Bengkulu Utara. KMPK Universitas Gadjah Mada. Available from: http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/ (Diakses tanggal 28 Agustus 2010, pukul 17:08 WIB)

Juli Soemirat Slamet. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf (Diakses tanggal 28 Agustus 2010, pukul 16:30 WIB)

Soekidjo Notoatmodjo. 1997.  Ilmu Kesehatan Masyrakat. Jakarta: Rineka Cipta
Thanks for reading and Leave your comment guys

0 komentar:

Posting Komentar


 
Sheyuos 'Yucy' Cicicuit Blogger Template by Ipietoon Blogger Template