7/14/2014

Dilema para Pedila untuk Berperilaku Seks Aman (Safe Sex) dalam Melayani Pelanggan

 Pada hakikatnya, tidak ada satu orang-pun yang bercita-cita menjadi Pedila (perempuan yang dilacurkan). Beraneka ragam alasan seseorang menjalani profesi sebagai Pedila. Faktor ekonomi  merupakan alasan klasik ka
rena pada umumnya mereka berasal dari keluarga kurang mampu  atau miskin. Melalui kegiatan prostitusi maka WPS secara sadar atau tidak sadar telah membahayakan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri dan orang lain karena rawan tertular beberapa penyakit seksual yang berbahaya. Hal ini diakibatkan seringnya berganti pasangan untuk melakukan hubungan seksual tanpa mengetahui riwayat kesehatan masing-masing pasangan  yang  diajak melakukan  hubungan.

Penghapusan kegiatan para WPS seperti penutupan lokalisasi yang sedang marak diperbincangkan atau operasi penertiban tampaknya tidak mungkin. Justru ini akan menimbulkan dampak lain dan tidak menyelesaikan masalah. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah tindakan agar dampak negatif yang ditimbulkan tidak meluas ke masyarakat, seperti munculnya IMS dan HIV/AIDS dapat dicegah melalui penggunaan kondom.

Salah satu faktor risiko tingginya penularan IMS dan HIV/AIDS adalah benyaknya pelanggan yang dilayani seorang Pedila. Makin banyak pelanggan, makin besar kemungkinan tertular HIV. Sebaliknya, apabila Pedila telah terinfeksi IMS dan HIV/AIDS maka makin banyak pelanggan yang mungkin tertular dari WPS tersebut. Akan tetapi, sedikitnya jumlah pelanggan dapat memperlemah kekuatan negosiasi WPS dalam pemakaian kondom karena mereka merasa takut kehilangan pelanggan.

Berita yang berasumsi bahwa Pedila adalah sumber penularan HIV/AIDS masih menjadi masalah utama. Padahal, jika dikaitkan dengan epidemi HIV/AIDS, praktek pelayanan seksual WPS juga perlu ditelusuri. Pada dasarnya, Pedila tidak perlu tertular dari pelanggannya serta tidak perlu menularkan IMS dan HIV/AIDS pula, asalkan mereka mempraktekkan safe sex yaitu selalu menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan tamu atau pelanggannya.

Banyak kendala yang ditemui untuk mempraktekkan safe sex ini. Salah satunya adalah masih banyak Pedila yang tetap melaksanakan aktivitas seksual dengan tidak menggunakan kondom karena alasan kebutuhan ekonomi. Latar belakang ekonomi yang berbeda antara pelanggan dengan penjaja seks menimbulkan ketidaksetaraan antara posisi pihak yang memiliki kekuasaan dengan ketidakberdayaan WPS. Selain itu, banyak Pedila masih percaya dengan pemakaian antibiotik dan kebiasaan mencuci vagina dengan air sirih secara rutin dapat menghindarkan dirinya dari IMS meskipun tanpa memakai kondom pada saat melayani pelanggan.

Sebagian besar Pedila sudah menyediakan kondom untuk setiap pelanggannya agar selalu safe sex, tetapi mereka belum mampu menolak bayaran yang mahal dari pelanggan dan juga belum mampu untuk menolak pelanggan yang tidak mau memakai kondom serta tidak mampu jika tidak menurut kepada mucikari yang tetap menyuruh melayani pelanggan meskipun tidak safe sex. Banyak resiko yang harus mereka tanggung apabila menolak melayani pelanggan yang tidak mau memakai kondom. Mereka akan kehilangan pelanggannya tersebut dan yang pasti mereka kehilangan pundi-pundi uang yang sangat mereka butuhkan. Oleh sebab itu, Pedila memilih tetap melayani pelanggan meskipun tanpa memakai kondom. Hal ini dapat dipahami karena posisi pelanggan sebagai pembeli dan ketidakberdayaan WPS sebagai tulang punggung sehingga tidak punya pilihan selain menuruti kemauan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


Tegal – 25 Juni 2014 
Yusi Oktavisaktiani

Thanks for reading and Leave your comment guys

0 komentar:

Posting Komentar


 
Sheyuos 'Yucy' Cicicuit Blogger Template by Ipietoon Blogger Template